Prinsip Agama: Terjemah Kitab Ushul al-Din Karya Syaikh Tabghurin
  بسم الله الرحمن الرحيم
وصلى الله على سيدنا محمد وسلم
Engkau–semoga Allah merahmatimu–memintaku menulis sebuah kitab untukmu yang di dalamnya kujelaskan kepadamu prinsip-prinsip agama yang tentangnya umat ini telah berselisih hingga mereka menjadi faksi-faksi yang berbeda, firqah-firqah yang berselisih, masing-masing golongan berbangga-bangga dengan apa yang ada di sisi mereka (QS al-Rum: 32), dan mereka bergembira.
Dan akan kutuliskan untukmu tentang itu–insya Allah–apa-apa yang tidak akan memunculkan keraguan bagi pengulasnya dan tidak pula berat bagi seorang pemula untuk menghafalnya dengan sefasih penjelasan yang ada padaku, maka dengan (pertolongan) Allah aku memulai, dari-Nya pula taufik dan kesempurnaan, dan kukatakan:
Segala puji bagi Allah yang Maha Memudahkan bagi para hamba-Nya jalan yang dengannya mereka menghamba, dan Dia-lah pemberi taufik kepada kebenaran, petunjuk, dan kelurusan, yang menjadikan kegelapan dan cahaya kemudian orang-orang yang kufur kepada Rabb mereka pun mengadakan tandingan (bagi-Nya) (QS al-An’am: 1) dan mengutus Muhammad dengan petunjuk dan agama kebenaran agar ia memenangkannya atas seluruh agama meskipun kaum musyrikin membenci (QS al-Tawbah: 33) dan menurunkan atasnya sebuah kitab yang nyata dan cahaya yang terang hingga tidaklah umat ini terpecah oleh sesuatupun setelahnya melainkan Dia telah menjadikan untuk mereka jalan keluar darinya, dan pembeda yang jelas yang di dalamnya Dia memaparkan bantahan terhadap semua musyrik dan munafiq yang menyelisihi kebenaran agar Dia membinasakan yang binasa dengan penjelasan dan menghidupkan yang hidup dengan penjelasan pula (QS al-Anfal: 42) sehingga tak seorang pun dapat mendatangkan syubhat dari hadapannya.
Dan dikatakan kepada Rasulullah ﷺ, “Siapakah (yang akan didatangkan) untuk kami setelah engkau, wahai Rasulallah?”
Maka, beliau bersabda, “Telah kutinggalkan di tengah kalian sesuatu yang jika kalian berpegang padanya maka kalian tidak akan pernah tersesat selamanya, (yakni) Kitabullah.” (al-Jami’ al-Shahih, no. 30)
Beliau bersabda pula, “Akan datang fitnah,” sebanyak tiga kali.
Dikatakan kepada beliau, “Apakah jalan keluar darinya, wahai Rasulallah?”
Beliau bersabda, “Kitabullah. Di dalamnya ada berita tentang kaum sebelum kalian, kabar tentang kaum setelah kalian, dan hukum tentang apa-apa yang ada di antara kalian. Ia adalah putusan yang tidak main-main. Barangsiapa meninggalkannya karena membangkang, akan Allah remukkan. Barangsiapa mencari petunjuk dari selainnya, akan Allah sesatkan. Ia adalah tali Allah yang kokoh, cahaya yang berdampak, sebutan yang bijak, dan jalan yang lurus. Tak akan bengkok hawa nafsu bersamanya. Tak akan puas para ulama mempelajarinya. Tidaklah ia tercipta dari banyaknya bantahan. Barangsiapa berkata dengannya, maka pasti benar. Barangsiapa berhukum dengannya, maka pasti adil. Barangsiapa menggugat dengannya, maka pasti beruntung. Dan barangsiapa berdakwah kepadanya, sungguh ia telah diberi hidayah kepada jalan yang lurus.” (Jami’ al-Tirmidzi, no. 2906)
Sesungguhnya manusia yang paling layak menerima kebenaran adalah ia yang mengikuti kitab Allah dan menjadikan ayat-ayat muhkamatnya sebagai imam bagi ayat-ayat mutasyabihatnya. Tidak diperkenankan atasnya analogi dan apa-apa yang dikehendaki oleh hawa nafsu, sebagaimana telah Allah firmankan: padanya (Al-Qur’an) terdapat ayat-ayat muhkamat yang merupakan induk kitab dan (ayat-ayat lainnya) yang mutasyabihat sampai pada firman-Nya (tentang orang-orang berpenyakit hati yang) mencari-cari ta’wilnya (QS Ali ‘Imran: 7) (ayat-ayat mutasyabihat).
Maka dengan itu Allah telah mengungkap keadaan mereka dan menjadikan ayat-ayat muhkamat Al-Qur’an penuh dengan fatwa lagi kaya akan ilmu dengan hikmah dari-Nya yang Maha Bijaksana lagi Maha Tinggi. Allah berfirman, “Dan berpegang teguhlah kalian semua pada tali Allah.” Allah berfirman pula, “Dan yang mengikuti cahaya yang diturunkan bersamanya (Rasulullah ﷺ) (mereka itulah orang-orang yang beruntung).” (QS al-A’raf: 157)
Pertama-tama, hanya dari Allah-lah taufik dan tidaklah kami terjaga kecuali bersama Allah, bahwasanya prinsip-prinsip agama ini ada sepuluh.