Prinsip Agama (01) tentang Tauhid: Hujjah Para Nabi tentang Sifat Allah
Ibrahim ﵇ berkata ketika ia didebat oleh orang kafir, “Rabb-ku adalah Yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan.”
Si kafir pun berkata, “Aku menghidupkan dan mematikan.”
Sekiranya Nabi Ibrahim berkehendak untuk mendebat si kafir tentang perkataannya itu, niscaya telah beliau debat. Namun, beliau menginginkan bantahan yang tak terelakkan, maka beliau pun berkata, “Sesungguhnya Allah mendatangkan matahari dari arah timur. Maka, datangkanlah ia dari arah barat.” Lantas, bergeminglah si kafir (QS al-Baqarah: 258) ketika beliau mendatangkan tanda (kekuasaan Allah) yang tidak dapat didatangkan oleh seorangpun manusia.
Sekiranya seseorang mengerjakan hal yang serupa dengan af’al Allah, maka ia telah menyerupai-Nya. Sebab, dalam penyamaan antara dua pekerjaan terdapat penyamaan antara kedua pelakunya. Maha Tinggi Allah dari hal yang demikian dengan ketinggian yang maha besar.
Tatkala Fir’awn menanyakan kepada Musa ﵇ tentang Rabb-nya, beliau menjawab, “Rabb-kami adalah yang telah memberikan bentuk ciptaan kepada segala sesuatu lalu memandunya.” (QS Tha Ha: 20) Beliau berkata, “Rabb semesta langit dan bumi beserta apa-apa yang ada di antara keduanya, sekiranya engkau benar-benar meyakini.” (QS al-Syu’ara: 24) Beliau berkata pula, “Rabb kalian dan Rabb leluhur kalian.” (QS al-Syu’ara: 26) Beliau juga berkata, “Rabb timur dan barat dan apa-apa yang ada di antara keduanya sekiranya engkau benar-benar berakal.” (QS al-Syu’ara: 28)
Beliau tidak berkata: Dia adalah jism tapi bukan cahaya. Beliau tidak mengumpamakan-Nya dengan sesuatupun dan tidak pula menetapkan bagi-Nya tempat yang bukan (seperti) tempat (makhluk) sebagaimana yang diklaim oleh kaum Musyabbihah.
Sebagaimana telah berkata Ibrahim, “Aku tak mencintai (apapun) yang terbenam,” (QS al-An’am: 76) yakni yang berlalu dan bergerak; beliau tak rela hal semacam itu menjadi Rabb dan Ilah beliau.
Telah datang para nabi seluruhnya ﵈ dengan menunggalkan Allah dan menafikan penyerupaan dengan-Nya ﵎ sedangkan Dia telah menyucikan diri-Nya dari segala penyerupaan dalam firman-Nya, “Maha Suci Dia lagi Maha Tinggi dari segala yang mereka persekutukan.” Dan telah sampai kepada kami bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan tak lain tentang kaum Yahudi ketika mereka berkata kepada nabi mereka, “Sekiranya engkau benar-benar seorang nabi, maka sifatkanlah untuk kami bagaimana (hakikat) Rabb-mu?”
Beliau pun menjawab mereka, “Bagaimana akan kuumpamakan Dzat yang telah menciptakan semesta langit dan bumi?”
Mereka balik berkata, “Kalau begitu, kau bukanlah seorang nabi,” lalu melanjutkan, “Justru, Dia itu begini dan begitu.”
Maka, tentang ini Allah menurunkan Al-Qur’an yang mendustakan perkataan mereka dan membantah (argumen) mereka, “Maha Suci Dia lagi Maha Tinggi dari segala yang mereka persekutukan.” (QS al-Nahl: 1)