Prinsip Agama (01) tentang Tauhid: Tasbih Adalah Tanzih
  Allah berfirman, “Dan tidaklah mereka memahami Allah dengan sebenar-benar pemahaman tentang-Nya ketika mereka berkata, ‘Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada seorangpun,’” (QS al-An’am: 91) yakni mereka tidak mengenal-Nya dengan makrifat yang benar, maka Dia menisbahkan mereka kepada kejahilan akan-Nya dan kesyirikan terhadap-Nya.
Allah mengabarkan bahwasanya, “Senantiasa bertasbih kepada-Nya semesta langit yang tujuh dan bumi beserta sesiapa yang berada di dalam mereka, dan tiada sesuatu pun yang tidak bertasbih dengan puja-puji kepada-Nya,” dengan maksud–dan Allah lebih mengetahui hakikat tafsirnya–bahwa segenap ciptaan menjadi dalil tentang betapa Allah itu Maha Esa, tidak menyerupai mereka dan tidak pula mereka menyerupai-Nya baik dalam salah satu wajah maupun salah satu makna sama sekali walaupun hanya samar-samar dan sedikit.
Sebab, sekiranya Dia menyerupai mereka dalam sebuah makna niscaya bentuk-bentuk kelemahan dan kebutuhan yang melekat pada makna tersebut pun akan melekat pada-Nya. Jika tidak, maka batallah bukti setiap ciptaan atas dirinya bahwa ia memiliki pencipta.
Dan yang dimaksud dengan tasbih (penyucian) dari ciptaan adalah tanzih (pelampauan) sedangkan tanzih adalah penafian keserupaan serta sifat-sifat mereka, dan ini ada dalam bahasa. Engkau berkata, “Allah senantiasa menafikan dari diri-Nya keserupaan dengan segala sesuatu.” Mereka berkata, “Api menafikan dari dirinya sifat dingin,” yakni demikianlah ia bersifat panas dan tidak dingin.
Sementara, seluruh fi’il (verba) menunjukkan bahwa fa’il-nya (nomina agennya) tidak menyerupainya; sekiranya serupa niscaya fa’il adalah fi’il dan fi’il adalah fa’il padahal Allah Maha Jauh dari menyerupai fi’il-Nya lagi Maha Dahsyat perbedaan-Nya dengan mereka (verba-verba tersebut) daripada perbedaan antarsesama mereka. Sebab, Dia qadim sedangkan mereka muhdats dan seluruh sifat huduts ternafikan dari-Nya.
Adapun hujjah mereka dari firman-Nya ﵎: Allah-lah cahaya semesta langit dan bumi, (QS al-Nur: 35), tangan Allah di atas tangan-tangan mereka (QS al-Fath: 10), berlayar dengan mata-mata Kami (QS al-Qamar: 14), di samping Allah (QS al-Zumar: 56), dan sejenisnya, serta ayat-ayat mutasyabihat lainnya dan riwayat-riwayat dari Nabi ﵌, maka telah mereka lalaikan nalar tentangnya, mereka pikul di atas ta’wil yang keliru, dan mereka tinggalkan firman Allah ﷿: tiada sesuatupun yang semisal-Nya, adakah kautahu yang sama dengan-Nya?, dan Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa, serta (intisari) sabda Nabi ﵎: barangsiapa menyifati Allah dengan penyerupaan atau perumpamaan, maka ia tidak mengenal-Nya (al-Jami’ al-Shahih, no. 825 dan 826).
Ketahuilah bahwasanya makna نور /nur/ (cahaya) dalam bahasa (Arab) yang beredar di antara manusia yang tak diingkari oleh satupun ahli bahasa adalah: الهاد /al-had/ (pemandu), sebagaimana dalam perkataan manusia نور البلاد /nur al-bilad/ (cahaya negeri), dan نور di sini adalah الهدى /al-huda/ (petunjuk).